Rabu, 20 Desember 2017

Cara Menjadi Seorang Penulis adalah Menulis

Bagi seorang penulis hebat, menulis adalah pekerjaan enteng di banding seorang penulis pemula. Saya pernah nonton Salah satu acara di TV, konten dari acara itu adalah menelusuri jejak para penulis yang pernah Melahirkan Buku-Buku Best Seller.
Saya suda lupa nama penulis itu, ada satu penulis di intervieuw oleh seorang Reporter tentang apa yang memotivasi setiap orang untuk menjadi penulis. Menurutya, berbicara tentang apa yang menjadi motivasi setiap orang jadi penulis itu sangat bermacam-macam.
Menulis pada Intinya bukan sebuah Profesi, atau pekerjaan, Menulis hanyalah sebuah rutinitas biasa, tetapi daya merangsang orang-orang sampai menjadi kebiasaan setiap hari.
Seringkali orang menulis itu terinspirasi terhadap fenomena di sekeliling hidupanya. Misalnya, ketika teman atau sahabatnya sukses karna berhasil menjadi penulis. Dan karya-karya tulisnya sangat dirindukan Publik.
Menulis secara Psikolgis adalah aktifitas yang merangsang, merefleksikan otak agar bekerja secara Produktif. Menjernihkan kesehatan otak juga diperlukan asupan-asupan gizi pengetahuan. Membaca Buku, Opini, Koran, dan berbagai media atau akses pengetahuan lainya.
Kita pasti mengenal Seorang Penulis perempuan Asma Nadia. Karya-karya monumentalnya sukses merambah dunia menulis buku. Sudah banyak Karya miliknya di serialkan dalam bentuk filem.
filem berjudul "Duka Sedalam Cinta" yang di Rilis pada pertengahan tahun 2017. Sebuah Serial Filem yang menceritrakan tentang Kehidupan di Maluku Utara.
Dan banyak lagi Novel dari hasil buah pikir seorang Asma Nadia. Menurut saya, Menjadi seorang penulis Buku Best Seller seperti Asma nadia membutuhkan energi dan Motvasi yang cukup. 


Guru Tanpa Gelar Sarjana

Saya ingat seorang sosok petuah kampung, seringkali dijuluki guru tanpa gelar Sarjana. 

Pesan-pesan moralnya cukup menggelitik, banyak yang tak peduli nasehatnya akhirnya gagal bertubi-tubi. 

Satu hal yang membuat saya kagum pada beliau adalah tenang menyikapi masalah, tuturnya sangat mengibahkan, menunutun ke jalan Iman.

Satu waktu kami duduk bersama, beliau infakkan pengetahuanya kepada saya tentang hakekat kehidupan, bagaimana mengenali diri kita.

Subuh yang sepih bintang perlahan hilang ditelan sang Fajar. Kata-kata beliau memecah hening, letupan-letupan kecil morantak dalam Pikiran saya.

Sekali hentakan Kata, rasa bersalah dalam diri hancur berkeping. Kesadaran pun muncul dan mencekap diri agar tak lagi mengulangi perbuatan merusak diri.

Satu kalimat saya simpan dalam rak pikiran saya dan utuh sampai detik ini adalah tentang Keputusan. 

Beliau pernah berpesan "Nak Allah SWT Itu Memberi isyarat Ke dalam hati Kita, Jadi Ikutlah kata hatimu ketika hendak mengambil satu Keputusan". 

Menurut Beliau "Setiap Keputusan Manusia terdapat Bisikan Tuhan di dalamnya". Seperti Petir menyambar tubuh saya, ketika hentakan kalimat itu terlontar dari Mulut Beliau.

Kebaikannya selalu tertanam kedalam fondasi keimana yang sulit dimengerti oleh siapapun. Saya merasa hampir tak ada nilai apa-apa kalau hanya sekedar berterima kasih dalam bentuk materi. Sebab Kemampuan seorang Guru tak bergelar sarjana yang satu ini tak tergantikan oleh apapun. 

Saya sering merenung dalam diam panjang, beliau telah mengubah diri saya, Bahkan hidup saya melalui nasehat-nasehatnya. 

Tak hanya saya, ada beberapa sahabat karib saya pun pernah berucap kepada saya. Bahwa beliau (Sang Guru Tanpa Gelar Sarjana) punya jasa besar tehadap mereka.

Kepribadian beliau patut dicontohi, Keimanan beliau terhadap Islam begitu mempuni membuat beliau menjadi sosok pribadi manusia yang berbeda dengan Pribadi lainya Di Kampong (Desa).

Saat ini beliau telah tiada, dan sudah sejak lama pergi menghadap sang Ilahi. Tetapi Beliau selalu hadir dalam jiwa dan batin saya ketika mengingat-ingat nasehat beliau yang telah mengakar ke dalam sanubari sampai detik ini.

Setiap Jidat Saya tunduk diatas persada (Sholat) Allah. Selalu bermohon pada Sang Robby agar selalu menempatkan beliau kedalam Firdausnya.

Semoag Khusnul Khotimah Sang Guru Tanpa Gelar Sarjana.

Wassalam....!


Selasa, 19 Desember 2017

Politik Domestis

Berbicara tentang konsep dasar kepemimpinan ada beberapa kriteri yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin terutama dalam konteks islam. pertama, Shiddiq (benar dan jujur), adil ramah dan istiqomah, Kedua Fhatanah atau kecerdasan, seorang pemimpin wajib memiliki kemampuan terntentu. Misalnya, Kecerdasan intelektual dari segi ilmu pengetahuan, berwawasan luas, serta kecerdasan emosional, dan spiritual. Seorang pemimpin harus berlaku bijaksana, tidak boleh memperlakukan orang lain atau bawahanya dalam batas kewajaran.
Secara Terminologi defenisi tentang kepemimpinan sangat banyak, namun tujuanya hanya satu, bagaimana seorang pemimpin haram hukumnya mengabaikan nilai-nilai kepentingan secara umum. mengedepankan asas kejujuran, keadilan dimata kepentingan orang banyak adalah akar fundamental seorang pemimpin agar menjaga marwahnya sebagai seorang pemimpin. Fenomena cukup menarik menurut saya, di Era melenial dalam istilah kekinian bahwa hampir sulit kita bedakan antara pemimpin dan penguasa.
Saya mencoba gunakan tema "Politik Domestis" sebagai parameter untuk mengukur sejauh mana peran pemimpin di Era sekarang dalam mengimplementasi nilai-nilai keadilan sosil, kejujuran, dan kebijaksanaan. Satu catatan penting yang perlu digaris bawahi, dinamika demokrasi antra prosedural dan substansial tidak seimbang menyeret makna  kepemimpinan menjadi  penguasaan. hampir sebagian besar Publik menyaksikan dengan mata telanjang, bahwa orang lebih dominan menggunakan kata kekuasaan dari pada pemimpin. Rasionalitas publik mengalami sebuah degradasi besar, mereduksi secara negatif terhadap makna kepemimpinan sesungguhnya.
Seringkali kalangan tertentu secara netral menyebutkan bahwa, pemimpin yang baik itu adalah seorang pemimpin yang mampu memenuhi kepentingan orang banyak, dan mengurangi tendensi kepentingan kelompok satu sama lain. Sejauh ini kita telah banyak melihat,orang-orang mulai tersdutkan karna mengunakan kaca mata kuda untuk meneropong ciri-ciri pemimpin yang baik dan peduli kepada masyarakat. Misalnya, Praktek-praktek gerakan politik turun gunung, atau istilah lebih trand adalah blusukan ke masyarakat, trurun ke selokan-selokan seperti yang pernah diperankan jokowi hingga menghantarkan dia sebagai orang Nomor satu bangsa ini menjadi sandaran dalam memaknai sosok pemimpin ideal.
Memang, dilain sisi gerakan Blusukan adalah cara paling efektif melihat langsung kondisi sosial ekonomi masyarakat. Namun, Apabila gerakan tersebut disetting guna membentuk paradigma publik, menggalang simpati politik, atau lebih sedehanya Pencitraan Politik, menurut saya adalah bentuk sandiwara yang dikemas dengan ilustrasi-ilustrasi berbasis politis. Konsep melayani dalam konteks kepemimpinan, bukanlah seseorang pemimpin turun ke jalan memberikan bantuan secara langsung, tetapi yang terpenting adalah proses implementasi kebijakannya terdistbusi secara merata atau tidak. Sebetulnya, Reformasi yang telah diretas dalam bentuk regulasi terkait pembagian kekuasaan atau otoritas dari pemerintah pusat sangat demokrtais, meskipun nilai demokratis hanya ada diseputar ranah prosedural.
Reformasi birokrasi dan ketatanegaraan yang merekonstruksi sistem pembagian kekuasaan atau umumnya disebut dengan Otonomi Daerah ini. merupakan kesempatan luar biasa bagi setiap daerah. sebagian kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan ke daerah adalah wujud komitmen secara konstitusional sebagai negara yang menganut prinsip demokrasi. meskipun demikian, Otonomisasi berusia belia ini membutuhkan reformasi sosial, ekonomi, dan budaya secara total. Otonomi daerah adalah implikasi dari upaya-upaya kebijakan politik untuk menciptakan sebuah pemerataan pembangunan secara fisik maupun non fisik.
Persoalan Geografis memengaruhi upaya pelayanan publik secara merata, rentan kendali adalah satu alasan sangat krusial oleh pemerintah dalam pembagian otoritas kebijakan. Selama ini, dalam kaca mata publik melihat implementasi demoratis dari otnomi daerah dari segi pembangunan fisik, misalnya pelayanan Publik, Infrastruktur jalan, jembatan masih jau dari angan-angan tentang kemajuan suatu daerah. Intinya menurut saya adalah, seorang pemimpin dengan model kepemimpinannya dominan beradaptasi dengan selera pasar dan pengusaha berdampak terhadap program-program pembanginan berbasis partisipatif.
Minimny perhatian pemerintah terhadap masyarakat sebagai sumber daya sosial yang mempunyai pengaruh sangat penting terhadap skala sukses sebuah pembangunan cenderung terabaikan begitu saja. Otonomi daerah harus dipahami secara cerdas oleh setiap Kepala Daerah seperti Bupati, Walikota, dan Gubernur bahwa desentralisasi adalah proses politk untuk memfasilitasi partisipasi yang lebih besar dari masyarakat dalam identifikasi masaalah, penetapan Proyek pembangunan, perencanaan dan pelaksanaan, yang pada giliranya meningkatkan keberlanjutan kemakmuran sosial masyarakat di daerah-daerah. Max Regus "Diskursus Politik Lokal". (2015).


.........................................
........................................


Genap Satu Tahun, Lelaki Pemarah dan Suka Protes itu Kembali Untuk Selamanya

Pada tanggal 7 Desember 2015, Lahir dengan sempurna, menangis seperti bayi pada umunya, sebagai tanda ia telah datang di dunia setelah sekia...