Kebencian Bertajuk Kartu Kuning

Publik sontak kaget ketika aksi salah satu ketua BEM UI Zaadit Taqwa di depan Presiden Joko Widodo pada acara diesnatalies Universitas Indonesia meniup Puluit panjang dan mengacungkan Kartu Kuning Kepada Presiden Joko Widodo.

Aksi Zaadit menuai reaksi dari berbagai pihak, terutama para petinggi negara. Menteri Keuangan Sri Mulyani misalnya, merespon dengan nada sombong. Dalam sebuah media Online memuat komentar Sri Mulyani. Kurang lebih seperti ini "Mahasiswa yang mau melakukan kritik harus belajar ulang pengantar ilmu ekonomi". 

Selain mendapat Ketikan, zadit juga mendapat dukungan, seperti reaksi salah seorang anggota DPR RI fraksi PKS Fahri hamzah. Sampai detik ini, publik masih membicarakan sikap zaadit tersebut.

Aksi meniup Puluit panjang dan mengacungkan kartu kuning merupakan salah satu bentuk interaksi secara simbolik kepada rejim pemerintahan joko Widodo. Dimana-mana Puluit panjang berbunyi, dan kartu kuning adalah simbol pelanggaran dalam sebuah permainan sepak bola.

Tentu zaadit punya alasan ilmiah, kenapa dia berani melakukan aksi demikian di depan orang nomor satu di negara ini. Berbicara soal resiko yang nanti dia dapatkan, sepertinya zaadit sudah pertimbangkan secara matang-matang.

Apapun reaksi publik, entah nadanya respon positif maupun negativ, intinya menyampaikan kebenaran di depan para penguasa zaalim adalah tentu banyak resiko yang akan diterimanya.

Atas tindakan beraninya, kini zadit menjadi buah bibir para netizen. Seorang mahasiswa dengan gagap beraninya, membuat kepincut mahasiswa seluruh indonesia semakin berapi-api mendukung tindakan ketua BEM UI Tersebut.

Ada beberapa poin penting jadi muatan kritik zaadit kepada pemerintahan Joko widodo. Pertama, terkait dengan peristiwa gizi buruk di Asmat Papu, kedua adalah kebijakan negara dalam mengimpor beras.

Hampir satu periode masa kepemimpinan Joko widodo menuai peristiwa sangat beragam. Artinya, sebagai seorang pemimpin yang jujur, tak perlu mempolemikkan sikap seorang mahasiswa UI Tersebut. Jangan melihat mereka karena bigrown sebagai mahasiswa yang identik dengan masih dalam fase belajar, masih labil, emosi dan rasa marah yang belum terkontrol dengan baik.

Marilah kita melihat, apakah kritik zaddit itu benar adanya. Fakta sosial ekonomi,maupun politik tanah air selama ini masih benar-benar kacau. Pemerintah harusnya tampil bijaksana, memanggil semua zaadit dan kwan-kawan, bukan di beri pesan-pesan intimadasi, tetapi merangkul mereka, memberikan bobot-bobot pencerahan ilmiah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Genap Satu Tahun, Lelaki Pemarah dan Suka Protes itu Kembali Untuk Selamanya

Pada tanggal 7 Desember 2015, Lahir dengan sempurna, menangis seperti bayi pada umunya, sebagai tanda ia telah datang di dunia setelah sekia...