A. Latar Belakang
Sejak 17 tahun
yang lalu, Google telah banyak berubah – mulai dari produk hingga evolusi
penampilan dan pengalaman saat kita menggunakannya. Mulai tanggal 1 September
2015, Google kembali mengubah beberapa bagian. Dalam press release,
Tamar Yehoshua Vice President Product Management Google menjelaskan
alasan dibalik perubahan ini. Menurutnya, dulu Google adalah satu destinasi
yang diakses dari satu perangkat – PC atau desktop saja. Tapi sekarang, orang
berinteraksi dengan Google dari berbagai platform, aplikasi dan
berangkat – yang terkadang dilakukan secara bersamaan setiap harinya. Tentunya,
kondisi tersebut membuat Anda berharap agar Google dapat membantu kapan dan
dimana saja Anda membutuhkannya, baik itu dari ponsel pintar, TV pintar, jam, dashboard,
mobile, dan PC.
Oleh karena itu, Google membutuhkan bahasa visual baru yang dinamis, sesuai
dengan perilaku pengguna masa kini di mana mereka mengakses Google dari
berbagai layar – ponsel, tablet, jam, dan tentunya desktop. Bahasa visual ini
akan diaplikasikan ke semua produk Google. Seperti yang Anda lihat, Google
mengubah logo dan branding – yang awalnya di desain untuk laman desktop
– menjadi pengalaman komputerisasi tanpa batas yang bekerja antar perangkat dan
beragam interaksi pengguna (misalnya lewat sentuhan, ketikan, dan suara).
Elemen baru seperti mic berwarna-warni akan membantu Anda
mengidentifikasi dan berinteraksi dengan Google, baik ketika Anda sedang
berbicara, mengetuk, atau mengetik. “Perubahan ini tak hanya menandai kalau
Anda tengah menggunakan Google, tapi juga menunjukkan kalau kami sedang
bekerja untuk Anda,” katanya.
Bobby Nath, Director of User Experience Google menegaskan bahwa
perubahan ini tidak ada hubungannya dengan perubahan alphabet yang
dilakukan Google beberapa waktu lalu.
Tapi ini adalah komitmen Google untuk terus berevolusi sesuai dengan
kebutuhan dan perilaku pengguna saat menggunakan produk Google. “Tak hanya
pengalaman memakai tapi juga desain,” tegasnya. “Kami mengucapkan selamat
tinggal kepada ikon “g” biru dan menggantinya dengan simbol yang sesuai dengan
desain logo yang baru. Kami tetap mengambil yang terbaik dari Google (simpel, friendly,
berwarna-warni), dan kembali memahatnya tak hanya untuk Google masa kini, tapi
untuk Google masa depan,” ungkapnya.
Selain mengubah logo dan desain, rencananya Google juga akan membuat
perubahan pada hasil pencarian agar terlihat lebih segar, dan juga mengubah
desain kartu ‘Now’ sesuai konteks konten. “Anda akan segera melihat desain baru
ini diaplikasikan di berbagai produk-produk Google. Kami berharap Anda
menikmatinya,” ungkapnya.Editor: Putri Sekar.
B.
Pembahasan
Pada
tanggal 01 September 2015 Google kembali melakukan Rebranding Khususnya logo-Swapping. Ternyata tak sedikit masyarakat dibuat
mengernyitkan dahi pasca melihat wajah baru perusahaan asal California ini.
dengan dandanan bernada fun dan lekat akan suasana taman kanak-kanak. Nama
merek/logo “Google” lambang Visual sangat penting karena nama merek yang
mengaktifkan sebuah citra dalam pikiran masyarakat. Nama merek dapat
membangkitkan perasaan berupa kepercayaan, keyakinan, keamanan, kekuatan,
keawetan, kecepatan, status, dan asosiasi lainyang diinginkan.
Rebranding biasa digambarkan layaknya gunung es, sebagian besar dari efeknya sulit terlihat atau tersembunyi di bawah permukaan air.
Besar-kecilnya persentase itu ditentukan oleh seberapa drastis rebranding yang
dilakukan, dan menurut teori, biasanya 80% dari imbas rebranding adalah bagian
bawah dari gunung es tersebut.
Rebranding atau pengubahan citra korporasi adalah taktik
dalam membentuk komunikasi bisnis yang lebih segar dari citra sebelumnya.
Sebuah brand atau perusahaan akan mengambil strategi ini dengan mengacu
pada relevansi merek produk mereka terhadap konsumen dan kondisi serta posisi
mereka di pasar.
Pengaruh
nama merek:
1.
Mempengaruhi
kecepatan konsumen menyadari suatu merek
2.
Mempengaruhi
citra merek sehingga
3.
Memainkan
peran penting dalam pembentukan ekuitas merek.
Ekuitas
merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu
merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan
oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan dan para pelanggan perusahaan.
(David A. Aaker, 1997)
Teori-teori Tentang Ekuitas Merek
Secara umum menurut Farquhar perspektif nilai ekuitas merek dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu :
Secara umum menurut Farquhar perspektif nilai ekuitas merek dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu :
1. Perspektif perusahaan (firm’s perspective)
2. Perspektif perdagangan (trade’s
persepective)
3. Perspektif konsumen secara individual (Individual
Consumer’s Perspective)
Sedangkan Kevin Lane Keller memperkenalkan konsep
brand equity yang berdasarkan pada pelanggan (customer based brand equity),
yang berarti
pengetahuan akan merek (brand knowledge) yang dimiliki pelanggan
membutuhkan tanggapan pemasaran yang berbeda-beda untuk membangun suatu merek. Brand knowledge menurut Keller dibedakan menjadi dua yaitu:
pengetahuan akan merek (brand knowledge) yang dimiliki pelanggan
membutuhkan tanggapan pemasaran yang berbeda-beda untuk membangun suatu merek. Brand knowledge menurut Keller dibedakan menjadi dua yaitu:
Brand Awareness
Brand awareness adalah kemampuan dari konsumen
untuk mengidentifikasi merek dalam kondisi yang berbeda-beda, yang terdiri dari
brand recognition dan brand recall.
Brand Image
Brand image adalah persepsi dari konsumen akan
sebuah merek yang muncul (reflected) dari asosiasi suatu merek yang ada
diingatan konsumen.
Ekuitas merek dapat dikelompokkan dalam empat kategori yang meliputi:
1. Kesadaran merek (Brand Awareness)
Kesadaran merek (brand awareness) menunjukkan
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa
suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
2. Asosiasi merek (Brand Association)
Asosiasi merek (Brand Association) menunjukkan
pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan
kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, selebritis (Spoke
Person) dan lain-lain.
3. Persepsi kualitas (Perceived Quality)
mencerminkan persepsi pelanggan terhadap
keseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang berkenaan
dengan maksud yang diharapkan.
4. Loyalitas merek (brand loyalty)
Loyalitas merek (Brand Loyalty) mencerminkan
tingkat
keterikatan konsumen dengan suatu merek produk Teori dari Aaker ini akan dibahas lebih dalam lagi pada bagian selanjutnya, sebagai landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini (Durianto,dkk,2001:4).
keterikatan konsumen dengan suatu merek produk Teori dari Aaker ini akan dibahas lebih dalam lagi pada bagian selanjutnya, sebagai landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini (Durianto,dkk,2001:4).
Aaker dan Keller adalah peneliti yang paling
popular yang meneliti bidang ini dan mereka berdua mempunyai pandangan mengenai
konsep brand equity yang terkenal dan digunakan secara luas. Keduanya memiliki
sudut pandang yang sama yaitu berorientasi pada konsumen dan menitik beratkan
pada kepentingan dari brand awareness dan brand association.
Konsep brand equity dari Aaker memiliki kelebihan karena didalamnya juga
membahas akan aspek perceivedquality dan meskipun Aaker tidak membahas brand
attitude sebagai dimensibrand equity seperti Farquhar, tetapi Aaker menggunakan
konsep yang sangat mirip yang dinamakan brand loyalty. Loyalitas disini pada
akhirnya menunjukkan perilaku yang sangat kuat (Sanna,2003:15).
Seperti yang dijelaskan pada awal, dalam
penelitian ini tidak mengukur brand equity secara eksak, karena itu memahami
komponen brand equity yang dikembangkan Aaker akan sangat membantu dan akan
dibahas lebih dalam pada bagian selanjutnya dalam penelitian ini.
Kategori Ekuitas Merek
Aset dan liabilitas yang mendasari ekuitas merek berhubungan dengan
nama atau sebuah simbol sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek akan berubah pula.(Durianto,dkk, 2001:4). Aset dan liabilities yang menjadi dasar ekuitas merek tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu :(Aaker,1997: 23).
nama atau sebuah simbol sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek akan berubah pula.(Durianto,dkk, 2001:4). Aset dan liabilities yang menjadi dasar ekuitas merek tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu :(Aaker,1997: 23).
1. Loyalitas merek (brand loyalty)
2. Kesadaran merek (brand awareness)
3. Kesan kualitas (perceived quality)
4. Asosiasi merek (brand association)
5. Aset-aset merek lainnya
Keempat elemen ekuitas merek diluar aset-aset
merek lainnya dikenal
dengan elemen-elemen utama dari ekuitas merek, elemen ekuitas merek yang
kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama
tersebut.
dengan elemen-elemen utama dari ekuitas merek, elemen ekuitas merek yang
kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama
tersebut.
• Aset-aset dalam ekuitas merek ini dapat membantu pelanggan dalam
menafsirkan, memproses dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan
merek tersebut
• Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan,asosiasi dengan berbagai karakteristik merek.
• Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan,asosiasi dengan berbagai karakteristik merek.
• Kesan kualitas dan asosiasi merek dapat menguatkan konsumen dengan
pengalaman menggunakannya.
Meningkatkan Ekuitas Merek
Ekuitas merek
tergantung pada upaya membangun merek (Bran-Building Effort) yang dilakukan.
Dan nilai ekuitas ini akan berubah-ubah naik atau turun tergantung pada upaya
yang dilakukan. Upaya-upaya meningkatkan ekuitas merek merupakan hal yang
penting. Karena ekuitas merek yang tinggi tidak terjadi dengan sendirinya.
Melainkan dapat ditingkatkan dengan cara-cara tertentu.
Cara untuk meningkatkan ekuitas merek dapat
dilakukan dengan memilih nama atau logo identitas merek yang baik. Selain itu
bisa juga melalui program pemasaran dan komunikasi pemasaran. Usaha komunikasi
pemasaran yang efektif dan konsisten sangat dibutuhkan untuk membangun dan mempertahankan
ekuitas merek. Merek produk yang memilik ekuitas yang tinggi adalah produk yang
memiliki kualitas tinggi dan merepresentasikan nilai yang baik.
Semakin tinggi ekuitas merek, akan semakin tinggi
pula value yang akan diberikan merek tersebut kepada konsumen. Apabila ekuitas
merek meningkat, maka akan menumbuhkan loyalitas konsumen pada produk atau
merek tersebut.
Komunikasi pemasaran memiliki peran kunci dalam
membentuk citra merek dan dalam meningkatkan penjualan sebuah merek. Ketatnya
situasi persaingan usaha, perkembangan teknologi, dan perubahan perilaku
konsumen membuat pemasar harus menerapkan komunikasi pemasaran terpadu.
Strategi penempatan merek adalah salah satu strategi dalam komunikasi pemasaran
terpadu.
Strategi ini dinilai lebih efektif dibandingkan
strategi komunikasi iklan melalui media televisi. Konsep strategi penempatan
merek sudah ada sejak lama dan terus berkembang seiring dengan perkembangan
peradaban manusia. Dengan mempelajari, memahami dan mengimplementasikan
strategi tersebut, perusahaan dapat memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya
untuk mencapai tujuan komunikasi pemasaran secara efektif dan efisien.
Brand-concept management adalah upaya untuk meningkatkan ekuitas dan
loyalitas konsumen yang berkelanjutan. Dimana manajemen konsep merek ini dapat
didefinisikan sebagai proses perencanaan, implementasi, dan pengendalian suatu
konsep merek sepanjang masa hidup merek tersebut. Menyusun suatu konsep atau
arti merek yang spesifik dapat dicapai melalui pemenuhan salah satu dati tiga
kategori kebutuhan konsumen, yaitu kebutuhan fungsional, kebutuhan simbolik,
atau experiential.
Konsumen mempunyai kebutuhan, sedangkan merek
mepunyai atribut dan cirri yang dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Oleh karena itu, manfaat merek adalah kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan
konsumen.
Manajemen konsep merek yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan fungsional (Functional Needs) berusaha untuk menyediakan solusi bagi masalah-masalah konsumsi atau potensi permasalahan yang dapat dihadapi oleh konsumen. Pemenuhan kebutuhan fungsional adalah bentuk yang paling nyata dari manajemen konsep merek. Secara berkala, pemasar consumer goods juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan kenyamanan, keamanan, kesehatan, kebersihan, dan lain-lain.
Manajemen konsep merek yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan fungsional (Functional Needs) berusaha untuk menyediakan solusi bagi masalah-masalah konsumsi atau potensi permasalahan yang dapat dihadapi oleh konsumen. Pemenuhan kebutuhan fungsional adalah bentuk yang paling nyata dari manajemen konsep merek. Secara berkala, pemasar consumer goods juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan kenyamanan, keamanan, kesehatan, kebersihan, dan lain-lain.
Keseluruhan itu merupakan kebuthan fungsional yang dapat dipenuhi oleh
manfaat merek. Contohnya, pada iklan obat nyamuk elektrik. Iklan tersebut
adalah suatu alat pemenuhan kebutuhan konsumen untuk membunuh nyamuk dan dapat
memberikan kenyamanan dengan tidak adanya asap yang menganggu tidur. Dapat
menjaga kesehatan saat tidur, karena tidak ada asap yang menganggu pernapasan.
Pemenuhan kebutuhan simbolis (Symbolic Needs) diarahkan pada keinginan konsumen dalam upaya memperbaiki diri, dihargai sebagai anggota dari suatu kelompok, afiliasi, dan rasa memiliki.
Pemenuhan kebutuhan simbolis (Symbolic Needs) diarahkan pada keinginan konsumen dalam upaya memperbaiki diri, dihargai sebagai anggota dari suatu kelompok, afiliasi, dan rasa memiliki.
Manajemen konsep merek yang ditujukan bagi
pemenuhan kebutuhan simbolis ini berupaya mengasosiasikan kegunaan merek dengan
kelompok, peran, atau citra diri yang diinginkan. Contohnya dapat kita lihat
pada iklan rokok. Pada iklan rokok, penyajian iklan dan merek yang disuguhkan
membuat konsumen tahu bahwa rokok hanya dikhususkan bagi kaum pria saja.
Menunjukan bahwa lelaki yang mengkonsumsi rokok terlihat keren dan gentle. Pemenuhan
kebutuhan experiential (experiential needs) merupakan representasi dari
keinginan mereka akan produk yang dapat memberikan rasa senang, keanekaragaman,
dan stimulasi kognitif.
Manajemen konsep merek ini diarahkan pada
kebutuhan experiential mempromosikan merek sebagai sesuatu yang istimewa dan
mempunyai cita rasa yang tinggi atau kaya dengan potensi stimulais kognitif.
Dapat kita lihat pada iklan shampoo Sunsilk. Dalam iklan shampoo Sunsilk, Ariel
terlihat sangat terpesona pada keindahan rambut wanita yang menggunakan shampoo
Sunsilk. Hal ini menunjukkan bahwa Sunsilk memiliki kemampuan untuk menciptakan
rambut yang indah dan halus, sehingga jika ada wanita yang mengkonsumsi shampoo
Sunsilk rambut mereka juga tampak indah mempesona.
C. Kesimpulan
Merek dapat diartikan sebagai sebuah nama yang
mewakili produk secara keseluruhan. Baik produk itu sendiri, jasa yang
diberikan produk tersebut, perusahaan yang memproduksi, dan hal-hal terkait
lainnya. Semua itu merupakan suatu kesatuan yang diwakili oleh sebuah simbol
yang bernama merek.
Merek yang melabeli sebuah produk dan sebagai
wakil dari sesuatu yang dipasarkan menjadi penanda bagi sebuah produk sekaligus
pembeda dengan produk-produk lainnya. Merek sendiri berfungsi sebagai value
indicator yaitu menggambarkan seberapa kokoh value atau nilai yang ditawarkan
kepada pelanggan. Jadi, merek menggambarkan nilai yang ditawarkan dan mempunyai
peranan penting bagi konsumen dalam menetapkan pilihannya.
Oleh karena itu, persaingan merek saat ini begitu dominan. Merek dianggap
sebagai aset perusahaan yang paling berharag. Merek mempunyai kontribusi yang
sangat penting bagi jalannya sebuah industri, apapun bentuknya. Merek mempunyai
berbagai peran diantaranya adalah:
a) Merek yang sukses dapat menjadi penghambat
munculnya merek-merek baru yang mewakili produk-produk dari pesaing,
b) Menjadi pembeda dengan produk
lainnya.
c) Sebagai alat bagi perusahaan untuk
mencapai nilai ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
-
Shimp,
A. Terrence. Periklanan dan promosi Edisi 5 jilid 1
-
Kartajaya,
hermawan. Attracting Tourist, Traders, Investors
http://pasmedia.blogspot.com/2008/12/co-branding-dan-pilpres.html
http://pasmedia.blogspot.com/2008/12/co-branding-dan-pilpres.html
-
elixgunawan.wordpress.com/2008/07/13/ingredient-branding-case-study-malboro-dengan-sampoerna/